Sejak saya memutuskan untuk bergelut dalam bidang sejarah saya pun selaluingin terus mencari tentang sesuatu yang ada kaitannya dengan sejarah , salahsatunya adalah kota ini, kabar tentang adanya tempat-tempat yang bersejarah agaknya sangat kurang sekali terdengar, sumber mengenai keberadaannya sangatlah minim, karena masyarakat yang mempunyai minat pada sejarah hanya sebagian persen saja.
Saya pun seorang yang dilahirkan di kota ini, harus selayaknya mengetahui tentang asal –usul atau sejarah kotanya, ironis sekali orang yang tidak mengenal tempat yang lama ditempatinya, karena seperti kata pepatah “tak kenal maka tak sayang”.
Oleh karena itu saya ingin memberi sedikit pengetahuan saya tentang sesuatu yang ada hubungannya dengan sejarah kota ini, semoga para pembaca dapat menambah dan memberikan saran terhadap tulisan ini.
Selain kota Bandoeng yang paling terkenal akan bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kolonial, ternyata kota tasikmalaya pun masih mempunyai bangunan-bangunan yang bernilai sejarah, namun karena sumber informasi yang sangat sedikit, membuat orang yang ingin menelusuri jejak masa lalu kota ini mendapat kesulitan, termasuk saya sendiri.
Ketertarikan saya pada bangunan-bangunan bersejarah dan berarsitektur tinggi berawal dari buku-buku yang pernah saya baca dan kunjungan-kunjungan ke sebagian kota yang terkenal akan bangunan tersebut, termasuk Bandoeng.
Hal ini memberikan inspirasi baru, saat diwaktu senggang saya mencoba untuk menelusuri bangunan-bangunan bersejarah yang masih tersisa di kota ini, sesekali mencoba memotret bagunan-bangunan tersebut dan membandingkannya dengan foto-foto lama yang didapat dari Tropenmuseum Amsterdam, atau KITLV Leiden.
Di bawah ini adalah hasil jepretan bangunan –bangunan bersejarah yang saya buat pada hari minggu tanggal 31 januari 2011 dan 06 pebruari 2011. “Selamat menikmati”....
Bangunan samping gedung pendopo tasikmalaya, alun-alun, Jln. R.A.A. Wiratanuningrat. Atap bangunan yang sangat miring merupakan ciri khas bagunan tempo doeloe
Pendopo tasikmalaya , dengan pohon beringin besar di depannya, menjadi suatu simbol pemerintahan.
Pendopo dan rumah bupati tahun 1925-1933. Bandingkan dengan bangunan pendopo sekarang, bagian atapnya terdapat sedikit perbedaan.
Sumber foto : COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_woning_van_de_Regent_in_Tasikmalaja.1925-1933.G.F.J. (Georg Friedrich Johannes) Bley (Fotograafphotographer).
Sumber foto : KITLV Leiden (Koninklijk Insituut Taal Land en Volkelkunde Leiden).
Kantor KODIM 0612 Tarumanegara Tasikmalaya, Jln. Otto Iskandar Dinata. Dari samping
Kantor KODIM 0612 Tarumanegara Tasikmalaya, Jln. Otto Iskandar Dinata. Dari depan
Hotel Centrall Tasikmalaja tahun 1925-1933, bandingkan dengan wajah kantor KODIM, bangunan samping kiri dan kanan tidak berubah sampai sekarang, hanya bagian depan terdapat sedikit perubahan.
COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Hotel_Centraal_Tasikmalaja 1925-1933. G.F.J. (Georg Friedrich Johannes) Bley (Fotograafphotographer).
Sebuah kotak pos atau bis surat peninggalan belanda, masih terpajang di depan Kantor Pos Indonesia Kota tasikmalaya di Jln. Otto Iskandar dinata.
sebuah no seri pada badan kotak : No 1 No 2 No 3.
Rumah Makan “Lekker” di jln. Tarumanegara. tasikmalaya
Rumah kosong di Jln. Tarumanegara. Pintu yang besar merupakan ciri khas rumah tempo doeloe, di samping kiri terdapat pintu garasi.
“ENO HOTEL”, Penginapan Sunda, di Jln. Tarumanegara,nuansa tempo doeloe sangat kuat,tembok dinding bebatuan dengan garis putih.
“ENO HOTEL”, Penginapan Sunda. Dipotret dari depan.
Kantor “DAMRI” di perempatan, Jln. Tarumanegara dan Jln. Dewi Sartika. Jendela dan pintu yang lebar, bentuk tiangnya terlihat kokoh dengan hiasan geometris pada dindingnya, serta bentuk balok-balok yang menyatu pada bentuk lubang fentilasinya..
Kantor “DAMRI” potret hampir secara keseluruhan.
salahsatu rumah hunian di Jln. Dr Sukardjo.
rumah dengan balkon kayu di sudut Jln. Dr sukarjo dan Jln. Galunggung.
dari Jln. Dr. Sukardjo menuju simpang lima.
Rumah hunian di Jln. Tawang, pada depan bangunan tertera tahun 1930, arsitektur ini banyak ditemukan di kota ini,dengan atap menjulang, jendela yang antik dan ornamen dindingnya. Selain di jalan tawang, di Jln. Galunggung juga terdapat bangunan yang hampir sama, namun lebih tua dari ini yaitu tertera tahun 1929.
Rumah hunian Jln. Tawang.
Kantor dinas rel di Stasiun Tasikmalaya. Masih memperlihatkan wajah lamanya melalui jendela dan pintunya.
Rumah antik di dekat Stasiun, bangunan ini kebanyakan merupakan ciri khas bangunan pada abad 19 (tahun 1899-an), cirinya dapat dilihat pada jendela yang besar dan tinggi serta ornamen lengkung pada dinding jendela,besi penyangga atap jendela yang berbentuk lengkung dengan ujung spiral, dan hiasan kayu pada tepi atap yang berbentuk gelombang.
potret lebih dekat detail bangunan abad 19.
stasiun tasikmalaya, bentuk atapnya hampir menyerupai atap Gedung sate bandung dan lubang fentilasi yang banyak pada dindingnya.
Stasiun Tasikmalaya
bangunan stasiun masih menggunakan kayu sebagai penyangganya. Terlihat dari kejauhan sebuah jam antik.
suasana stasiun di pagi hari.
alat sinyal stasiun.
pandangan jauh
sisa rel lama menuju bengkel
jalur rel
jalur rel di tengah
bangunan antik sekitar awal abad 20, dekat stasiun, gaya bangunan ini pernah ditemukan di bandung.
Foto-foto yang saya perlihatkan diatas merupakan sebagian bangunan-bangunan tua yang baru saya dokumentasikan karena terbatasnya waktu saya. sebenarnya masih banyak bangunan-bangunan tua di sudut kota ini. mudah-mudahan memberikan inspirasi dan pengetahuan pada masyarakat dan pemerintah, umumnya tasikmalaya, agar mengenal peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di lingkungannya, dan dapat menjaga serta merawatnya agar menjadi identitas (landmark) kotanya, jangan sampai dirobohkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Seperti kota bandung yang merawat bangunan-bangunan bersejarahnya dan menjadikannya aset wisata bersejarah.
‘wassalam”!.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar